Kamis, 15 Maret 2012

dunia mistic

Hampir sebagian besar di antara kita pernah mendatangi praktik Jero balian atau dukun, baik untuk tujuan penyembuhan suatu penyakit, menanyakan sesuatu yang niskala, mencari perlindungan diri, penangkal agar tidak terserang orang secara gaib, bahkan untuk mendapatkan penglaris. Apapun tujuan kita mendatangi jero balian, dan apa pun kemampuan jero balian, tampaknya tidak mudah bagi kita untuk menghindari kepercayaan dunia niskala, yang kita terjemahkan secara sederhana dan sempit, yakni dunia mistik dan gaib.

Aji Pengiwa Di Bali Dalam kepercayaan permanen itu, suatu penyakit atau musibah selalu dikaitkan dengan gejala ketidak-harmonisan hubungan kita dengan sesama dan alam gaib yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit dan musibah, karena itu kita memerlukan bantuan pihak lain, yang dianggap memahami dan dapat mengendalikan kekuatan gaib yang mengganggu kesehatan dan ketentraman hidup kita. Kekuatan gaib itu menyebabkan penyakit dan mendatangkan musibah.

Dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak dapat menggunakan nalar secara penuh, walaupun tingkat pendidikan masyarakat umumnya telah mencapai tingkat yang dapat dianggap telah menjauhi dunia gaib dan mistik dalam artinya yang negatif itu, lalu seharusnya menggunakan nalar atau akal sehat dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan. Dalam mendampingi anggota keluarga yang sakit juga tidak mudah berpikir dan bertindak secara nalar dalam memperoleh solusi yang tepat agar si sakit dapat disembuhkan secara medis, karena memang seharusnya demikian tindakan orang modern. Akan tetapi, sekalipun anggota keluarga kita terkena kanker stadium empat dan para dokter ahli telah menyatakan sangat kecil kemungkinannya sembuh, harapan masih ditumpukkan kepada sang balian.

Bahkan, sejak gejala-gejala kanker itu muncul kita memilih dan ketetapan hati untuk membawa si sakti ke balian, tidak ke dokter ahli atau rumah sakit. Meskipun diagnosis secara medis menyatakan gejala-gejala demikian mengarah ke kanker, masih saja kita beranggapan bahwa penyakit yang dasyat itu merupakan hasil pekerjaan seseorang yang tidak menyukai keluarga kita. Biasanya, yang dituduh melakukan serangan gaib itu adalah keluarga dekat sesumbahan (keluarga satu kawitan atau satu leluhur), bukan orang lain. Akibatnya, keluarga yang anggotanya menderita penyakit parah itu, mengalami penderitaan yang berlipat ganda, menderita karena harus mengurus keluarga yang sakit dan tidak ada tanda-tanda akan sembuh, juga menderita, sakit hati, bahkan dendam karena harus bermusuhan dengan keluarga sesumbahan atau satu leluhur.

Sumber yang menyediakan sarana untuk menyakiti orang lain itu, adalah balian ngiwa. Dikatakan ngiwa karena balian itu bertindak sebagai ahli yang mampu mengobati penyakit niskala semacam itu, namun juga membantu dan menyediakan sarana bagi orang yang ingin menyakiti saudara atau orang lain, yang tidak disukainya. Dengan kata lain, balian itu dipradugai menempuh jalur kanan, tetapi juga menempuh jalur kiri (kiwa = kiri, hitam; jahat), yang memang terlanjur dipisahkan secara dikotomis. Pertanyaan kemudian muncul benarkah ada balian yang ngiwa seperti itu? Sebagai orang memahami dunia gaib, demikian pula tingkah polah balian ngiwa yang tidak mudah dimengerti secara nalar untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan untuk membenarkan atau menganggap praktik-praktik semacam itu tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar